Sebuah kamar operasi bisa jadi merupakan ruangan paling istimewa di rumah sakit. Pengelolaannya bisa dibilang paling khusus dibanding ruangan lain pada umumnya. Di tempat itu segala tindakan invasif bisa dilakukan terhadap tubuh manusia. Untuk menjamin tindakan operasi berjalan dengan lancar dan meminimalisir faktor-faktor pengganggu, maka perlu dilakukan pengendalian kamar operasi yang baik.
Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan kamar operasi, kerja sama yang baik sangat diperlukan oleh para personelnya, baik dokter, perawat, anestesi maupun personel kamar operasi lainnya. Untuk meningkatkan kompetensi para perawat kamar bedah, bulan Mei yang lalu diadakan workshop tentang pengelolaan kamar operasi dan tindakan aseptis untuk para perawat kamar bedah di lingkup Indonesia timur yang diselenggarakan di RS Husada Utama Surabaya. Panitia workshop ini diketuai oleh Turkanto, S.Kep. Ners yang merupakan kepala perawat di Gedung Bedah Pusat Terpadu RSU Dr Soetomo.
Kamar operasi bisa menjadi tempat yang mudah menularkan infeksi dari dan ke penderita. Penularan infeksi yang terjadi tergantung dari dosis kuman, kerentanan individu, waktu kontak, virulensi agen infeksi, dan berbanding terbalik dengan daya tahan tubuh. Menurut Prof. Djoko Roeshadi SpB., SpOT dari RSU DR Soetomo Surabaya yang juga merupakan nara sumber Farmacia kali ini, infeksi merupakan interaksi antara host, agent dan environment. Keterangan tentang sumber infeksi ditambahkan pula menurut Prof. Dr. dr. Bambang Prijambodo, Sp.B., Sp.OT, sumber infeksi bisa berasal dari personel kamar bedah, alat dan bahan penunjang pembedahan, lingkungan pembedahan dan pasien yang akan dibedah. Mekanisme infeksi bisa terjadi dengan berbagai cara, yaitu langsung, tidak langsung, airborne dan vectorborne atau melalui vektor (perantara).
Pencegahan dan pengendalian pada prinsipnya adalah mengandung unsur melakukan eliminasi agen dan reservoir, menghambat penularan infeksi, dan melindungi host dari infeksi. Kamar operasi yang kurang terjaga ke-aseptisannya akan berdampak pada infeksi luka operasi pada pasien yang bisa diketahui pasca operasi. Penerapan teknik aseptik diharapkan dapat menghindarkan pasien dari infeksi luka operasi. Dengan demikian saat pasca operasi, hari rawat inap menjadi lebih pendek. Pemendekan hari rawat inap bisa memangkas biaya perawatan pasien. Dan hasil operasi yang baik akan menghindarkan rumah sakit dari tuntutan hukum akibat ketidakpuasan pasien dan keluarganya. Pengendalian meliputi faktor-faktor meliputi sumber daya manusia, sarana, dan lingkungan. Para pengguna kamar operasi haruslah SDM yang taat pada prosedur standard operasi dan trampil. Perawat dalam hal ini adalah mitra kerja dokter, bukan pembantu dokter. Dokter dengan dibantu perawat harus bisa melaksanakan pembedahan secara cepat dan atraumatik. Jumlah petugas yang berada di kamar operasi saat durante operasi tidak boleh terlalu crowded. Cukup 2 orang ahli anestesi yang terdiri dari dokter anestesi dan perawat anestesi, tiga orang ahli bedah yang terdiri dari operator, asisten I dan asisten II, instrumentator dan omloop yang merupakan perawat bedah. Gedung dan ruangan bedah harus dirancang secara khusus yang merupakan ruang tertutup dengan sirkulasi udara yang bersih dan tidak berhubungan dengan udara luar. Ruangan harus lengkap dengan pembagian areal yang sistematis menurut arus penderita dan petugas. Gedung bedah juga harus memiliki kualitas yang baik sehingga tahan lama. Permukaan dinding gedung haruslah mudah dibersihkan sehingga kebersihan dan keaseptisan ruangan dapat terjaga.
Berikut adalah gambar denah batasan areal yang berada di dalam gedung bedah menurut derajat keaseptisannya.
Daerah semi publik ditempati oleh orang-orang yang tidak langsung kontak ke lap, operasi (ahli anestesi, omloop). Daerah aseptis -2 digunakan untuk meletakkan alat-alat anestesi dan alat-alat roentgen bila ada. Daerah aseptis -0 digunakan untuk meletakkan kasa, kain steril, dan perban dan alat-alat bedah. Jaringan yang dibuang juga diletakkan di tempat itu. Orang-orang yang berhubungan dengan pembedahan yaitu ahli bedah, perawat instrumentator berada di daerah aseptis-0.
Alat dan bahan yang habis dipakai harus selalu disimpan dalam keadaan steril dan alur masuk serta keluar yang berbeda. Petugas yang masuk dan keluar harus ada alur khusus. Petugas yang masuk kamar operasi harus berganti pakaian yang bersih di kamar ganti dulu. Kemudian menuju ruang semi publik dan baru masuk ruang aseptis. Untuk keluar juga harus demikian, baju untuk digunakan dalam kamar operasi tidak boleh dipakai di luar. Skemanya seperti yang dijelaskan dalam gambar.
(Lihat gambar 2)
Demikian pula dengan alur penderita, penderita yang akan masuk kamar operasi harus transit dulu di ruang transisi. Kemudian baru masuk ruang preoperasi, setelah selesai dipreoperasi, pasien dimasukkan ke kamar operasi. Pasca operasi pasien dibawa ke recovery room hingga kesadarannya pulih. Skema dijelaskan dalam gambar. (Lihat gambar 3)
Alur alat-alat steril mulai dari suplai masuk melalui pintu masuk dan disimpan di depo (ruang pembagian alat). Setelah digunakan di kamar operasi, alat dan instrumen steril diletakkan di tempat pengumpulan pembuangan dan selanjutnya disterilisasi di CSSD.
(Lihat gambar 4)
Untuk menjaga kebersihan dan kesterilan kamar operasi, pengendalian lingkungan harus sesuai prosedur. Pintu kamar operasi harus selalu menutup. Ventilasi kamar operasi diatur searah. Udara bersih mengalir dari atas dan dikeluarkan ke bawah. Pergantian udara sebesar 25 x volume ruangan per jam, 3 diantaranya adalah "fresh air". Kamar operasi diatur dengan tekanan positif. Suhu tidak boleh lebih dari 240 C. Jika lebih dari itu, kulit pasien yang ditutup handuk steril akan cenderung berkeringat sehingga memungkinkan peningkatan jumlah kuman dalam pori-pori kulit. Kelembaban udara ruangan tidak boleh lebih dari 50%, karena jika lebih, jamur akan mudah tumbuh. Alat operasi dilakukan pencucian (cleaning) - (dekontaminasi) – sterilisasi. Pembersihan kamar operasi dilakukan saat antara 2 operasi. Setiap hari kamar operasi harus selalu dibersihkan, walau tidak terpakai. Pembersihan besar dilakukan 1 minggu sekali. Urutan pembersihan mulai dari tempat yang bersih baru menuju tempat kotor. Pemisahan barang terkontaminasi dengan bahan infeksius dan diberi tanda, termasuk kasus dengan hepatitis/HIV. Tidak dianjurkan meletakkan alas basah / lengket di jalan masuk kamar operasi. Lampu ultra violet juga tidak dianjurkan menembus kamar operasi. Pemeriksaan mikrobiologi udara secara rutin tidak dianjurkan. Asupan air harus memperoleh air steril yang telah dalam keadaan hypochlorite. (simposia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar