BLOG KESEHATAN , KAMAR OPERASI , TIP SEHAT dan HIBURAN

Minggu, 12 Juni 2011

Tindakan Operasi AV Shunt

a. Definisi
Suatu tindakan pembedahan dengan cara menghubungkan arteri radialis dengan vena cephalica sehingga terjadi fistula arteriovena sebagai akses dialisis.
b. Ruang lingkup
Operasi A-V Shunt yang dilakukan merupakan implementasi dari panduan Dialisis Outcomes Quality Initiative (DOQI) pada manajemen penatalaksanaan akses vaskular  tahun 1997. Melibatkan berbagai disiplin ilmu antara lain ahli nefrologi, ahli bedah, dan ahli radiologi intervensi.
Operasi A-V shunt dilakukan secara side to side anastomosis atau side to end anastomosis atau end to end anastomosis antara arteri radialis dan vena cephalica pada lengan non dominan terlebih dahulu. Operasi dilakukan pada lokasi paling distal sehingga memungkinkan dilakukan operasi lebih proksimal jika gagal. Dapat dilakukan pada ekstremitas bawah jika operasi gagal atau tidak dapat dilakukan pada ekstremitas atas.
Persyaratan pada pembuluh darah arteri:
–   Perbedaan tekanan antara kedua lengan < 20 mmHg
–   Cabang arteri daerah palmar pasien dalam kondisi baik dengan melakukan tes Allen.
–   Diameter lumen pembuluh arteri ≥ 2.0 mm pada lokasi dimana akan dilakukan anastomosis.
Persyaratan pada pembuluh darah vena:
–    Diameter lumen pembuluh vena ≥ 2.0 mm pada lokasi dimana akan dilakukan anastomosis.
–    Tidak ada obstruksi atau stenosis
–    Kanulasi dilakukan pada segmen yang lurus
c. Indikasi operasi
Pasien dengan End Stage Renal Disease (ESRD) yang memerlukan akses vaskular untuk dialisis berulang dan jangka panjang
d. Kontra indikasi operasi
–   Lokasi pada vena yang telah dilakukan penusukan untuk akses cairan intravena, vena seksi atau trauma.
–   Pada vena yang telah mengalami kalsifikasi atau terdapat atheroma.
–   Tes Allen menunjukkan aliran pembuluh arteri yang abnormal.
Algoritma
Berdasarkan K/DOQI guidelines tahun 2000, pemilihan AV shunt dilakukan pada
  1. arteri radialis dengan vena cephalica (Brescia Cimino)
  2. arteri brachialis dengan vena cephalica
  3. bahan sintetik A-V graft (ePTFE = expanded polytetrafluoroethylene)
  4. arteri brachialis dengan vena basilika
  5. kateter vena sentral dengan “cuff
Teknik Operasi
  • Dilakukan desinfeksi lapangan operasi dengan larutan antiseptik, lalu dipersempit dengan linen steril.
  • Penderita dilakukan anestesi lokal dengan lignocaine 1% (lidocain) yang dapat ditambahkan epinefrin untuk mengurangi perdarahan. Dapat pula dilakukan anestesi blok yang mana memberikan keuntungan dengan ikut dihambatnya sistem saraf simpatis sehingga menghambat vasospasme.
  • Pada pergelangan tangan dilakukan insisi bentuk S atau longitudinal atau tranversal, lalu diperdalam dan perdarahan yang terjadi dirawat.
  • Flap kulit sebelah lateral diangkat sehingga vena cephalica terlihat lalu disisihkan sejauh kurang lebih 3 cm untuk menghindari trauma pada cabang saraf radialis.
  • Arteri radialis dapat dicapai tepat sebelah lateral dari muskulus flexor carpi radialis dengan cara membuka fascia dalam lengan bawah secara tranversal tepat diatas denyut nadi.
  • Kemudian arteri radialis tersebut disisihkan sejauh 2 cm dengan melakukan ligasi cabang-cabang arteri kecilnya. Anastomosis dapat dilakukan secara end to end atau end to side atau side to side.
  • Pada tehnik end to side, dengan benang yang diletakkan tepat dibawah arteri radialis yang disisihkan kemudian arteri tersebut diklem menggunakan klem vaskular.
  • Menggunakan mata pisau no 11, dilakukan insisi arteri radialis sejajar sumbu sesuai dengan diameter vena cephalica yang telah dipotong.
  • Kemudian dilakukan penjahitan anastomosis menggunakan benang monofilamen 6-0 atau 7-0.
  • Pedarahan yang masih ada dirawat dan kemudian luka pembedahan ditutup dengan langsung menjahit kulit.
  • Kemudian dilakukan pembebatan sepanjang lengan bawah.
e. Komplikasi operasi
Komplikasi pasca pembedahan ialah terjadi stenosis, trombosis, infeksi, aneurysma, sindrom “steal” arteri, gagal jantung kongestif:
a. Stenosis
  • Stenosis dapat terjadi akibat terjadinya hiperplasia intima vena cephalica distal dari  anastomosis pada A-V shunt radiocephalica sehingga A-V shunt tidak berfungsi. Sedangkan pada penggunaan bahan sintetis ePTFE terjadi stenosis akibat hiperplasia pseudointima atau neointima. Stenosis merupakan faktor penyebab timbulnya trombosis sebesar 85%.
  • Hiperplasis intima timbul karena:
Terjadinya cedera vaskular yang ditimbulkan baik oleh karena operasinya ataupun kanulasi jarum yang berulang yang kemudian memicu terjadinya kejadian biologis (proliferasi sel otot polos vaskular medial à sel lalu bermigrasi melalui intima àproliferasi sel otot polos vaskular intima à ekskresi matriks ekstraselular intima).
  • Tekanan arteri yang konstan pada anatomosis vena, khususnya jika terjadi aliran turbulen, dapat menyebabkan cedera yang progesif terhadap dinding vena tersebut.
  • Compliance mismatch antara vena dengan graft pada lokasi anastomosis
  • Rusaknya integritas dan fungsi daripada sel endotelial
PDGF (platelet derived growth factor), bFGF (basic fibroblast growth factor), IGF-1 (insulin growth factor-1) turut memicu terjadi hiperplasia intima dengan mekanismenya masing-masing
b. Trombosis
Muncul beberapa bulan setelah dilakukannya operasi. Sering diakibatkan karena faktor anatomi atau faktor teknik seperti rendahnya aliran keluar vena, tehnik penjahitan yang tidak baik, graft kinking, dan akhirnya disebabkan oleh stenosis pada lokasi anastomosis. Penanganan trombosis meliputi trombektomi dan revisi secara pembedahan. Trombosis yang diakibatkan penggunaan bahan sintetik dapat diatasi dengan farmakoterapi (heparin, antiplatelet agregasi), trombektomi, angioplasti dan penanganan secara pembedahan.
c. Infeksi
Kejadian infeksi jarang terjadi. Penyebab utama ialah kuman Staphylococcus aureus. Jika terjadi emboli septik maka fistula harus direvisi atau dipindahkan. Infeksi pada penggunaan bahan sintetik merupakan masalah dan sering diperlukan tindakan bedah disertai penggunaan antibiotik. Pada awal infeksi gunakan antibiotik spektrum luas dan lakukan kultur kuman untuk memastikan penggunaan antibiotik yang tepat. Kadang diperlukan eksisi graft.
d. Aneurysma
Umumnya disebabkan karena penusukan jarum berulang pada graft. Pada A-V fistula jarang terjadi aneurysma akibat penusukan jarum berulang tetapi oleh karena stenosis aliran keluar vena.
e. Sindrom “steal” arteri
Dikatakan sindrom “steal” arteri jika distal dari ekstremitas yang dilakukan A-V shunt terjadi iskemik. Hal ini disebabkan karena perubahan aliran darah dari arteri melalui anastomosis menuju ke vena yang memiliki resistensi yang rendah ditambah aliran darah yang retrograde dari tangan dan lengan yang memperberat terjadinya iskemik tersebut. Pasien dengan iskemik ringan akan merasakan parestesi dan teraba dingan distal dari anastomosis tetapi sensorik dan motorik tidak terganggu. Hal ini dapat diatasi dengan terapi simptomatik. Iskemik yang berat membutuhkan tindakan emergensi pembedahan dan harus segera diatasi untuk menghindari cedera saraf.
f. Hipertensi vena
Gejala yang nampak ialah pembengkakan, perubahan warna kulit dan hiperpigmentasi. Paling sering disebabkan karena stenosis dan obstruksi pada vena. Lama kelamaan akan terjadi ulserasi dan nyeri. Manajemen penanganan terdiri dari koreksi stenosis dan kadang diperlukan ligasi vena distal dari tempat akses dialisis.
g. Gagal jantung kongestif
A-V shunt secara signifikan akan meningkatkan aliran darah balik ke jantung. Akibatnya akan meningkatkan kerja jantung dan cardiac output, kardiomegali dan akhirnya terjadi gagal jantung kongestif pada beberapa pasien. Penanganannya berupa koreksi secara operatif.
f.  Mortalitas
Angka kematian setelah tindakan A-V shunt 0%. Kematian umumnya dikarenakan penyakit penyebabnya yaitu end stage renal disease
g. Perawatan Pasca Bedah
Pasca bedah penderita dapat dipulangkan. Dilakukan pembebatan pada daerah yang di operasi. Daerah yang dilakukan A-V shunt tidak diperkenankan untuk IV line, ditekan atau diukur tekanan darahnya. Jahitan diangkat setelah hari ke 7
h. Follow-Up
Hari ke 7, ke 14 tentang adanya aliran ( thrill )
Yang dievaluasi:
  • klinis
  • adanya getaran seirama denyut jantung pada daerah yang dilakukan A-V shunt
 sumber:http://bedahunmuh.wordpress.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar