BLOG KESEHATAN , KAMAR OPERASI , TIP SEHAT dan HIBURAN

Jumat, 27 Februari 2009

Namaku Hari Mus




Nama lengkapku Hari Mus Edy Sutrisno.Teman-teman biasa memanggilku Hari. Aku seorang perawat. Tahun  ini  (2009) 15 tahun sudah aku menjadi perawat. Menjadi perawat bukanlah cita-citaku saat aku kecil.Dulu aku ingin sekali menjadi Guru.Namun takdir membawaku masuk ke dunia kesehatan.  Ya, Mungkin ini sudah takdirku untuk menjadi seorang Perawat Kesehatan. Tapi kini aku bangga menjadi seorang perawat, apalagi sejak lulus sekolah tahun 1995 hingga kini  aku bisa mengabdikan ilmuku di sebuah Rumah Sakit di kota kecil Jawa Timur. Disamping itu juga, baru kusadari ternyata tugas perawat merupakan tugas yang sangat mulia.  Terutama membantu orang yang sedang sakit supaya bisa sembuh atau paling tidak mengurangi penderitaan yang  dialaminya.

Aku dilahirkan sebagai anak petani dengan 8 bersaudara.Masa kecilku kulalui seperti anak-anak yang lain pada umumnya.Bermain disawah,sungai,kebun dan lainnya.Hampir semua kakak-kakakku menjadi Guru,itulah mengapa dulu aku suka sekali dengan Guru.Hingga waktu ada UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri) aku mencoba mendaftar di Surabaya,namun ternyata nasibku tidak beruntung.Aku tidak diterima.Aku seperti tidak percaya,cita-citaku kandas.Harus kemana aku akan melanjutkan sekolah.

Ditengah kegundahan hatiku,pada suatu ketika tiba-tiba mataku tertuju pada selembar kertas dipinggir jalan.Ternyata brosur pendaftaran Akademi Keperawatan .Hatiku bertanya-tanya apa itu perawat?aku benar-benar asing dengan istilah perawat.Namun nasib membawaku mendaftar ke sekolah tersebut dan aku diterima. Tiga tahun aku digembleng ilmu tentang kesehatan,sampai akhirnya aku dinyatakan lulus.Disekolah itu juga aku menemukan pelabuhan hatiku.
Kini aku merasa bersyukur bisa membantu orang lain yang sedang menderita.Menjadi perawat ternyata profesi yang sangat mulia,hal yang tak pernah kupikirkan sewaktu kecil. Apalagi aku bekerja di kamar operasi yang merupakan bengkel manusia. Hampir setiap hari aku bersama tim Dokter melakukan operasi,dari orang yang kaya maupun miskin, laki-laki maupun perempuan dan dari penyakit yang ringan sampai penyakit yang berat, seperti patah tulang, tumor, kanker, perdarahan otak, batu ginjal,batu empedu,ileus dll. Semua kulalui dengan iklas dan penuh tanggung jawab.Tak lupa berdoa untuk kesembuhan mereka.  Lewat blog ini aku  ingin berbagi  dan bertukar ilmu dan pengetahuan tentang kesehatan baik dengan teman sejawat maupun teman-teman profesi lain. Sehingga nantinya bisa menerapkan dan mengabdikan diri tuk sesama.

Jumat, 20 Februari 2009

Apendisitis (Radang Usus Buntu) – Apendektomi


PATOFISIOLOGI
Apendisitis adalah penyakit paling umum yang memerlukan inter¬vensi bedah selama masa kanak-kanak. Apendisitis disebabkan oleh obstruksi lumen apendiks dan menimbulkan edema, inflamasi, ben¬dungan vena, dan peningkatan tekanan intralumen serta iskemi. Hal ini dapat menyebabkan invasi bakteri, nekrosis, perforasi, dan peritonitis. Penyebab obstruksi lumen adalah hiperplasia dad jaringan limfoid submukosa, fekalit di apendiks, benda asing dan parasit. Prognosisnya sangat baik, terutama bila pembedahan dilakukan sebelum terjadi perforasi.
INSIDENS
1.Insidens sedikit lebih tinggi pada pria.
2.Insidens paling tinggi pada akhir masa kanak-kanak.
3.Jarang terjadi pada anak di bawah 2 tahun dan sangat jarang pada anak di bawah 1 tahun.
4.Perforasi berhubungan dengan usia—lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda, sebagian besar kemungkinan disebabkan oleh kesulitan dalam diagnosis.
MANIFESTASI KLINIS
1. Sakit—kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah dengan intensitas nyeri tertinggi pada titik McBurney
(yang terletak di pertengahan antara krista iliaka anterior superior kanan dan umbilikus).
2.Anoreksia
3.Mual
4.Muntah (tanda awal yang umum; kurang umum pada anak yang lebih besar)
5.Demam—demam ringan di awal penyak it; dapat meningkat tajam pada peritonitis
6.Nyeri lepas
7.Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali
8.Konstipasi
9.Diare (sedikit, berair)
10. Kesulitan berjalan atau bergerak
11. Iritahilitas
KOMPLIKASI (JIKA TIDAK TERDIAGNOSIS)
1.Perforasi
2.Peritonitis
UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
1.Hitting darah lengkap (complete bloodcount,CBC)–leulsositosis, neutrofilia, tanpa eosinofil
2.Urinalisis—untuk menyingkirkan infeksi sal uran kemih
3.Pemeriksaan foto abdomen—lengkung tulang belakang konkafke kanan, fekalit berkalsifikasi
4.Ultrasonografi—fekalit tidak berkalsifikasi, apendiks tidak ber¬perforasi, abses apendiks
PENATALAKSANAAN BEDAH
Anak dengan dugaan apendisitis dimasukkan ke rumah sakit, diberi infus (IV) dan antibiotik, serta diobservasi; perkeinbangan gejala yang cepat akan membuat diagnosis menjadi tampak nyata. Slang nasogastrik (NGT) dipasang bi la anak mengalami muntah. Apendiks dikeluarkan melalui insisi di kuadran kanan bawah atau diangkat dengan laparoskopi. Drain dipasang dan luka dibiarkan terbuka untuk mencegah infeksi luka serta pembentukan abses. Jika apendiksnya telah perforasi, rongga abdomen diirigasi. Pada beberapa kasus, sebuah kateter kecil tetap dipasang di tempatnya untuk memberi anti¬biotik. Setelah dilakukan pembedahan, tempatkan anak tersebut pada posisi semi-Fowler selama 24 jam pertama. Drainase lambung dan pemberian cairan IV serta antibiotik dilanjutkan. Obat narkotik/anal¬gesik dipakai untuk mengatasi nyeri. Makanan oral mulai diberikan dalam 1 atau 2 hari dan ditingkatkan sesuai toleransi bila fungsi usus telah kembali.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Lihat bagian Pengkajian Gastrointestinal pada Lampiran A.
2. Kaji perkembangan yang cepat dari gejala yang berat.
3. Kaji nyeri prabedah dan pascabedah.
4. Kaji gejala perforasi, meliputi pengurangan nyeri yang tiba-tiba.
5. Kaji adanya bising usus dan distcnsi abdomen pascabedah.
6. Kaji luka dari drainase dan tanda-tanda infeksi.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
- Nyeri
- Risiko defisit volume cairan
- Risiko infeksi
- Ansietas
- Defisit pengetahuan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Perawatan Praoperasi
1. Berikan tindakan pengurang rasa nyeri dan tindakan kenyamanan.
a. Posisi yang nyaman.
b. Hindari gerakan yang tidak perlu dan palpasi abdomen yang juga tidak perlu.
c. Pemberian obat antinyeri jika diprogramkan
2. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
a. Pertahankan status puasa
b. Pantau aliran infus cairan intravena pada kecepatan rumatan.
c. Pantau dan catat jumlah haluaran dari muntahan, urine, tinja, dan drainase nasogastrik.
3. Pantau status anak untuk perkembangan gejala dan komplikasi
a.Tanda syok—penurunan tekanan darah, penurunan frekuensi pernapasan, pucat, diaforesis, nadi hampir tidak teraba dan cepat
b.Perforasi atau peritonitis—tidak ada bising usus, nadi apeks meningkat, suhu meningkat, frekuensi pernapasan meningkat, membebat abdomen, nyeri abdomen yang menyebar yang kemudian akan hilang dengan tiba-tiba.
c. Obstruksi usus—bising usus menurun atau hilang, distensi abdomen, nyeri, muntah, tidak ada feses.
4. Siapkan anak untuk pembedahan:
a.Pertahankan status puasa.
b.Ambil spesimen untuk analisis praoperasi.
c.Persiapkan anak dan dukung anak selama pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.
d.Jelaskan tindakan praoperasi dan pascaoperasi yang akan dilakukan (mis., balutan, slang nasogastrik).
Perawatan Pascaoperasi
1. Kaji nyeri dan berikan tindakan penghilang nyeri sesuai kebutuhan.
a.Berikan analgesik sesuai kebutuhan
b.Lakukan teknik distraksi untuk meredakan nyeri dengan mainan dan permainan.
c. Gunakan tindakan memberikan rasa nyaman, seperti kompres dingin dan pengaturan posisi.
2. Cegah dan pantau distensi abdomen
a.Pertahankan status puasa.
b.Pertahankan kepatenan slang nasogastrik.
c. Kaji kekakuan abdomen (keras, lunak)
3. Pantau status hidrasi.
a.Pantau asupan dan haluaran.
b.Pertahankan status puasa,•kemudian lanjutkan sesuai toleransi.
c. Pertahankan in fus IV dan tempat pemasukan IV sesuai program.
4. Pantau tanda-tanda infeksi dan cegah penyebaran infeksi.
a.Pantau tanda-tanda vital sesuai program
b.Observasi luka dari tanda-tanda infeksi—hangat, drainase, nyeri, bengkak, dan kemerahan
c.Berikan antibiotik; pantau respons anak.
d.Lakukan perawatan luka sesuai indikasi dan pembuangan balutan dengan tepat.
e. Ambulasikan anak bila mampu.
5. Tingkatkan penyernhuhan luka.
a.Lakukan perawatan luka—pertahankan daerah luka tetap kering dan bersih.
b.Atur posisi anak semi-Fowler untuk meningkatkan drainase bila ada drainase.
6. Bantu anak dan orang tua dalam mengatasi stres emosional karena hospitalisasi dan pembedahan.
a.Berikan informasi sesuai usia sebelum dan setelah prosedur.
b.Anjurkan aktivitas pengalih yang menenangkan
c.Tingkatkan kontak keluarga dan kunjungan teman sebaya.
d.Libatkan rutin itas anak di rumah ke dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Perencanaan Pulang dan Perawatan di Rumah
1 . Ajarkan orang tua untuk mengobservasi dan melaporkan tanda¬tanda komplikasi.
a.Infeksi
b.Obstruksi
2.Ajarkan orang tua tentang perawatan luka.
3.Berl tahu orang tua untuk meminta anak menghindari aktivitas berat dalam beberapa minggu.
4. Beri tahu orang tua tentang janji kunjungan kembali lanjut.
a.Nama dan nomor telepon dokter
b.Tanggal dan waktu janji kunjungan tidak lanjut
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.Fungsi gastrointestinal anak kembali normal, meliputi asupan diet praoperasi dan fungsi defekasi yang normal.
2.Nyeri yang dialami anak menjadi minimal.
3.Anak akan terbebas dari infeksi.
4.Anak dan keluarga memahami perawatan di rumah dan perlunya tindak lanjut.
Daftar Pustaka
Buku Saku Keperawatan Pediatri ed 5 Oleh Cecily Lynn Betz & Linda A. Sowden